Skenario dan Open Scene

Kemarin saya nemu video menarik dari ReelTV tentang tips membuat skenario dan akting. Tips membuat skenario diberikan oleh Mas Joko Anwar, sementara Tips Akting Open Scene diberikan oleh Pak Eka Sitorus, guru akting film layar lebar.

Berikut linknya:
Tips Bikin Skenario

Cara Melakukan Open Scene

Menulis skenario itu berbeda dengan menulis novel. Menulis skenario itu mirip seperti membuat plan atau rencana; 1001 cara untuk membuat penonton sudi mengeluarkan uang dan duduk manis menyaksikan alur cerita film dari awal sampai akhir. Menurut Mas Joko Anwar, berdasarkan sumbernya jenis skenario itu ada dua, yaitu skenario berdasarkan ide kita sendiri dan skenario berdasarkan materi yang pernah dipublikasikan (eg. novel, cerpen dsb).
Dalam skenario, yang paling penting adalah karakter--tanpa karakter yang bagus penokohannya, seberapapun budget dan properti yang kita gunakan, film tidak akan terlihat menarik. Untuk menciptakan karakter yang menarik, kita bisa melakukan observasi di sekitar kita. Mas Joko Anwar biasanya pergi ke suatu tempat (random) lalu mengamati perubahan raut wajah dan karakter orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya. Hal ini bisa membantu kita dalam menciptakan penokohan sekaligus mengasah daya khayal. Selain itu, proses penciptaan karakter bisa dari daya khayal sendiri. Kita bisa pergi ke tempat yang sepi di mana kita bisa memusatkan konsentrasi.
Untuk skenario yang berdasarkan karya lain, kita harus cermat memilih bagian dari cerita (eg. novel) yang akan diangkat ke dalam skenario. Berbeda dengan novel yang bisa dibaca, ditinggal, lalu dibaca lagi, film harus disaksikan dalam satu waktu. Kecuali kamu nonton DVD bajakan di laptop ya, itu beda urusan. Masalah utama yang kerap kali membuat scriptwriter terjebak adalah plot yang bertele-tele karena mengikuti alur cerita novel. Dalam novel, memang banyak adegan menarik yang mendetail, karena tulisan tersebut ditujukan untuk mendeskripsikan karakter. Novel bersifat deskriptif. Lain  halnya dengan skenario. Skenario berisi dialog, tugas pendeskripsian karakter dilakukan oleh aktor dan pendeskripsian setting dilakukan oleh kru film. Namun detail tidak perlu dituliskan dalam skenario. Untuk menghindari terjadinya plot yang bertele-tele, maka perlu dipilih adegan-adegan dari novel yang dapat membuat cerita bergerak maju.

Joko Anwar juga membahas 10 kategori film, di mana (katanya) seluruh film di dunia dapat dikategorikan ke dalam salah satu dari 10 kategori berikut:
1. Monster in The House
2. Sudden Power
3. Little Guy, Big Problem
4. Long Journey
5. Wydan (?)
6. Slice of Life
7. Superhero
8. Si Pungguk Dapat Bulan
9. Institutionalization
10. Buddy Movie


Untuk tips dari Eka Sitorus, menurut beliau, salah satu cara meningkatkan kemampuan berakting untuk given circumstances (kondisi yang telah ditentukan) adalah dengan berlatih dengan menggunakan skenario Open Scene. Apa itu skenario Open Scene?

Open Scene secara harafiah berarti adegan terbuka. Artinya, aktor bebas menginterpretasikan karakter, situasi, dan waktu. Meski begitu, open scene sebenarnya merupakan sebuah adegan dengan keadaan yang sudah ditentukan sebelumnya. Dialog bersifat general, tanpa ada deskripsi setting maupun narasi apapun. Penulis skenario tidak menentukan ext, int, sequence, scene description, direction dan sebagainya. Semua murni improvisasi aktor. Sebagai contoh, di dalam video tersebut, ada dua kelompok yang menampilkan sebuah skenario yang sama, dengan dialog yang sama pula.

Hasilnya?
Kelompok pertama menampilkan dialog dalam sebuah adegan tersesat di hutan, sementara kelompok kedua menampilkan dialog tersebut dalam sebuah adegan perampokan rumah.
Yes, it's creative indeed. :)

Masih banyak lagi pelajaran tentang dunia perfilman yang harus digali. Bahkan ReelTV menyediakan kurang lebih 3 video lagi tentang film action (Iko Uwais ikut memberikan tips di sini). Semoga saja ke depannya akan lebih banyak tips (dan kalau bisa kesempatan :D) untuk belajar lebih dalam mengenai sinematografi.

Comments

Post a Comment