Surenther

Dia bernama Surenther Shanmuganathan. Satu-satunya teman akrab saya yang berkebangsaan India. Dia adalah kakek bagi sang nenek, yaitu saya. Kami saling memanggil satu sama lain dengan sebutan "grandpa" dan "grandma", entah kenapa.

Awalnya saya mengenalnya melalui friendster, ia sahabat dari sahabat saya yang waktu itu bersekolah di Singapore. Hingga detik ini, saya baru bertemu dengannya satu kali.

Suren adalah seorang teman yang sangat baik hati. Ia seorang yatim, ayahnya meninggal bertahun-tahun lalu karena kelelahan bekerja. Begitu sulitnya menjadi perantau di negeri orang. Ia tinggal bersama ibunya dan dua orang pamannya, yang dulu pun sempat berkali-kali masuk rumah sakit. Ia berbeda dengan orang lain. Suren sangat terobsesi dengan bus. Ia hapal semua nomor bus di Singapura beserta rutenya. Ia bercita-cita memiliki bus sendiri suatu saat.

Suren juga merupakan seorang gentleman. Pertama kali saya dan teman saya bertemu dengannya, ia membawakan kami satu kantung plastik penuh coklat. Ia mengantar kami sampai ke hotel dan melindungi kami dari orang mabuk. Ia tidak mau merokok di depan saya, meskipun ia seorang perokok berat. Kata-katanya selalu manis; ia tidak segan-segan berkata "I miss you", memuji saya, menyemangati saya, dan memberi pendapat dari sudut pandang netral.

Rasanya dua tahun sudah saya tidak benar-benar mengobrol dengannya, ketika tiba-tiba ia menyapa saya di facebook dan menanyakan kabar saya.
Katanya, ia sedang menyembuhkan luka hati setelah putus dengan pacarnya. Dan ia rindu pada saya. Ini merupakan suatu kejutan bagi saya, karena ia dan (mantan) pacarnya adalah tipe orang yang sering "pacaran" di facebook. Terlalu sering sampai saya sendiri pun jadi tidak enak mau "menyela" mereka dengan memberikan comment di dinding facebooknya. Tentang apapun itu.

Yang tidak disangka lagi, rupanya selama ini ia dilarang oleh pacarnya untuk berbicara dengan saya, juga dengan teman-teman lainnya. Speechless.
Saya pikir hubungan kami jadi renggang karena ia terlalu sibuk dengan kekasihnya--yang mana sifat ini sudah sangat saya maklumi.

Dan ia pun meminta maaf karena merasa telah menelantarkan saya dan merasa menyesal karena terlambat menyadarinya.
Jujur, saya merasa sangat sangat terharu. Terutama saat ia berkata "Kita mungkin sangat jarang bertemu, tapi kamu sangat berarti bagiku."
Rasanya saya ingin menangis saat itu juga. Ternyata sahabat saya tidak pergi, ternyata saya berarti untuk seseorang, ternyata sahabat saya pun menyadari bahwa tidak seharusnya suatu hubungan persahabatan rusak akibat cinta.

Seandainya semua orang selalu menyadari kealfaannya dan meminta maaf, dunia ini pasti akan menjadi lebih indah. Tidak ada kata terlambat untuk meminta maaf dan merajut kembali persahabatan. :)

P.S: To all my best boy friends: Tyo, Diaz, Suren, Boim, Irwan, you know that I will always love you all right? ;)

Comments