Arti Selembar Lima Ribu

Apa artinya selembar lima ribuan?

Mungkin banyak artinya, mungkin juga tidak.
Lima ribu berarti ongkos naik ojek pulang-pergi kampus-BNI.
Lima ribu berarti harga sebotol teh hijau rasa madu yang sering kubeli.
Lima ribu berarti nasi goreng telur.
Lima ribu berarti iuran pengmas per bulan.

Tapi uang lima ribu ternyata juga bisa digunakan untuk memberi makan pada orang lain yang meringkuk kelaparan di jalan.

Hari ini aku bertemu lagi dengan laki-laki kurus yang mengiba meminta makan di depan warung. Ini pertemuanku yang kedua dengan Bapak itu. Sama seperti dulu, ia duduk meringkuk di depan warung Perwira I, meminta makanan dengan suara lirih kepada setiap orang yang lewat di hadapannya, termasuk aku.

Aku tidak pernah tega melihat orang kelaparan, karena aku tahu sekali rasanya tidak punya uang untuk membeli makanan. Aku tahu rasanya sendiri dan tidak digubris orang.

Sedih.

Namun apa daya, saat itu aku tidak membawa dompet dan sedang terburu-buru menuju ATM center untuk mencari amplop coklat yang tanpa kusadari tertinggal di ATM tadi siang (ya, aku memang bego dan pikun setengah mati, bisa-bisanya baru ingat jam setengah 10 malam?!?). Jadi aku hanya menjawab "Ya", lalu pergi berlalu. Di samping karena kaget mendengar suara lirih yang tiba-tiba meminta makan di sebelahku, aku juga tidak bisa memberinya makanan karena memang aku sedang tidak membawa uang.

Dalam hati aku berjanji, seandainya amplop coklat (yang berisi transkrip nilai dan kartu seminar itu) yang tertinggal itu bisa kutemukan, aku akan membelikan makanan untuk Bapak itu. Perlahan aku merogoh saku celanaku, dan untungnya ada selembar uang lima ribu, kembalian dari saat aku membeli makan malam tadi.

Alhamdulillah, amplop coklat itu disimpan oleh sekuriti di ATM center sehingga aku tidak perlu repot ke AJMP untuk mengurus kartu seminar lagi. Setelah mengucapkan terima kasih, dengan langkah mantap aku pun pergi ke salah satu warung tenda yang masih buka di seberang jalan. Aku memesan bihun goreng telur, karena nasinya sudah habis, dan bertekad untuk memberikannya kepada Bapak itu.

Sebenarnya, meskipun amplop coklat itu tidak ketemu pun, kurasa aku akan tetap membelikannya makanan. Dan tiba-tiba aku merasa sangat bersyukur karena masih bisa makan, masih bisa membeli makanan dengan uang sakuku meskipun tidak mewah dan tidak banyak. Tiba-tiba aku merasa sangat bersyukur karena aku tidak harus tidur meringkuk di sudut jalan yang dingin dan kotor, bersandar di pinggir gerobak yang keras, terpaksa mengiba pada orang lain dan menunggu dengan pasrah; bertaruh dengan nasib apakah akan ada orang yang sudi memberikan makanan?


"Terima kasih." ucap Bapak itu pendek ketika aku menyodorkannya sebungkus plastik hitam tanpa berkata apapun.

Dan aku pun hanya bisa menjawab, "maaf ya Pak, nggak ada sendoknya."


Aku merasa pemberianku tidak seberapa. Aku merasa sepertinya ada yang salah karena membelikannya bihun dan bukan nasi. Aku merasa setengah-setengah karena tidak memberikannya minum.
Namun uangku terbatas, kemampuanku dalam menolong pun terbatas. Oleh karena itu, maafkan aku yang tidak bisa berbagi banyak. Namun sungguh, aku mendapat pelajaran hidup darimu, wahai Bapak. Begitu banyak orang lewat, dan tidak ada satu pun yang peduli. Aku belajar untuk tidak menjadi salah satu dari orang-orang itu.

Do'aku untukmu: Semoga tidurmu malam ini nyenyak, meski kerasnya dunialah yang menyelimutimu; semoga saja banyak orang yang semakin tergugah rasa kemanusiaannya. Selamat malam Bapak, semoga Allah melimpahkan rezeki padamu agar tidak kelaparan lagi. :)



Jadi, apa arti lima ribu bagimu?

Comments